Selalu Ada Pilihan Di setiap Akhir Kebingungan

Kebingungan ku - apa sebenarnya yang terjadi ?  ini pertanyaan mengimbangi kesalahan yang ada. Apa benar aku yang salah atau kesalahan itu memang sudah ada sejak awal.

Semua rasanya berantakan. Memang belum macet tapi akan menuju kesana. Dan kendala terbesar membangun ini akan terlihat ketika itu harus dan ini tidak memadai.

Apa aku terlalu cengeng ? Mengeluh di hadapannya, langsung maupun tidak langsung, ku pikir dia dapat melihat sendiri. Waktu keadaan yang di seting otomatis dengan waktu telah melewati waktu berikutnya dan itu tetap sama. Tentu ada yang harus di selesaikan atau diperbaiki.

Terlalu menyusahkan diri sendiri. Itu katanya. Aku bingung dengan kalimat ini. Benarkah begitu...? Lalu harus bagaimana ??

Dia hanya diam saja dan berharap sebuah pemahaman dari diam itu.

Mungkin memang benar aku terlalu manja. Tapi ini serius...aku sakit broo...berharap waktumu barang sebentar untuk memulihkan keadaan dan biarkan aku sendiri. Tapi kamu tidak mau melakukannya.

Sekarang malah semakin parah. Dua minggu berlalu tagihan tiga nota sudah jatuh tempo. Apa aku harus diam saja ? Tentu tidak. Antisipasi, mengambil alih usaha kita terpaksa ku lakukan. Kamu masih tetap diam saja.

Keras kepala mu, tidak trima waktu ku tegur sikapmu yang sama sekali tidak peduli dengan keadaanku. "Tangan kananku sakit. Aku sudah bilang itu". Tapi tebar pesona kalimat marah yang ku lontarkan membuatmu demo malas menjalankan usaha kita.

Dari tidak mahu menolong panjang tanganku sampai menegur sikapmu tidak boleh ku lakukan. Aku bingung...kau anggap apa aku ??

Baiklah sayang! Tentu semua ini tidak mungkin berhenti sampai disini. Kamu sudah terlanjur masuk kedalam dan aku, entah kemana hendak membawa ketidak nyamanan ini.

Kebiasaanku juga buruk! Apa yang kamu lakukan sekarang, itu sudah pernah ku lalui sebelumnya.Sangat tidak nyaman! 

Jujur, aku kasihan padamu..kasihan pada diriku sendiri dan kasihan bila sampai di ketahui orang lain. Tapi Yang paling kasihan yaitu bayi kecilku.

Mungkin kamu butuh waktu untuk menyesuaikan diri. Atau aku harus sabar merubahmu menjadi power rangjers. Tapi sayang, pemahamanku justru kamu yang terlalu manja! Maaf. Aku tidak punya waktu. Waktuku sudah di kontrak habis oleh bayi kecilku. Kamu sudah terlalu banyak membawaku dalam situasi mengerikan. Maaf. Aku tidak ingin terulang lagi.

Setelah kamu sadar dan keadaan sudah kembali normal, aku hanya mau bilang, JADILAH PATNER USAHA KU. Demi masa depan kamu dan demi bayi kecilku. Kita tinggalkan ketergantungan perasaan. Mari bekerjasama. Perasaan ini yang menyebabkan ketidak nyamanan itu. Mungkin akan terlihat aneh, tapi sayangnya tidak ada pilihanlain.


Komentar